Berani Jujur meskipun Rapuh
Halo.
Di hari kedua tahun 2016, saya menyempatkan diri
untuk menulis sesuatu di blog yang sepi ini. Layaknya millennial pada umumnya,
hari-hari pertama di tahun yang baru menjadi waktu yang (sepertinya) tepat
untuk memulai sesuatu yang baru dan menjadi pribadi yang lebih baik. Dan untuk
seorang yang suka mengumbar janji seperti saya, ini adalah lagu wajib yang harus
diputar tiap tahun.
Jadi ya, salah satu resolusi tahun baru saya adalah
lebih konsisten menulis. Setelah capek berkoar-koar mempromosikan blog saya ke
beberapa teman untuk dibaca dan dikomentari, saya akhirnya dapat beberapa saran
dan kritik. Beberapa mengomentari ejaan saya yang masih sering amburadul,
beberapa memuji tata bahasa yang acak adut, dan beberapa lagi mengambil
pelajaran dari cerita kebodohan saya sehari-hari. Tapi apapun itu, saran dan
kritik teman-teman akan saya saring sarinya dan nantinya akan saya terapkan
untuk gaya menulis saya di kemudian hari. Jadi, terima kasih. Terima kasih
karena dengan perbuatan sederhana yaitu membaca blog saya yang tidak seberapa
ini, kalian semua sudah membantu saya mewujudkan resolusi saya: lebih konsisten
dalam menulis.
Selain lebih konsisten dalam menulis, saya tentunya
punya segudang resolusi. Kumpulan resolusi ini sebenarnya bisa dibuat kompilasi
dan dijadikan buku. Living life to the fullest: (for sure,) for dummies. Resolusi
apa, sih? Kalaupun tidak ada rasa ingin tahu, tapi karena sudah terlanjur terpeleset
dan mampir ke blog saya, maka Anda harus rela duduk diam dan membaca unggahan
saya.
Jujur
Dari sekian banyak resolusi yang saya tulis, dapat
disimpulkan bahwa di tahun 2016 saya ingin jadi pribadi yang lebih jujur. Jujur
terhadap kehidupan.
Saya ingin jadi pribadi yang lebih jujur, jujur
kalau ditanya dan tidak tahu jawabannya ya bilang enggak tahu. Saya ingin jadi
pribadi yang lebih jujur, kalau tidak mampu bergaya ya enggak usah bergaya. Saya
ingin jadi pribadi yang lebih jujur, jujur dengan perasaan sendiri. Saya ingin
jadi pribadi yang lebih jujur, jujur dengan mimpi saya dan tidak selingkuh
lihat ke kanan kiri. Saya ingin jadi pribadi yang lebih jujur, jujur terhadap
makna setiap perbuatan yang saya lakukan. Saya ingin jadi pribadi yang lebih
jujur pada keluarga, jujur mencicipi manis pahitnya bersama-sama. Saya ingin
jadi pribadi yang lebih jujur, kalaupun itu artinya harus mengakui rasa sepi
yang terkadang muncul dalam doa malam saya.
Karena rasanya sangat melelahkan hidup dan mengulang
kehidupan setiap hari dengan tidak dilandasi kejujuran. Betapa bangun pagi
menjadi ajang bingung untuk memulai hari. Kemarin aku bilang apa ya sama si
anu? Kemarin aku bercita-cita jadi dokter tapi kok hari ini..? Ah, sudahlah.
Karena meskipun orang jujur hidupnya sering susah,
tapi orang yang jujur terhadap kehidupan tidak semuanya bernasib sama. Jujur
itu seperti kasur empuk impian setiap koas sehabis jaga malam. Jujur itu.. bisa
buat tidur nyenyak.
Rapuh
Di saat semua orang sibuk dengan lagu move on yang
isinya penuh semangat membuka lembaran baru, resolusi lain milik saya di tahun
2016 adalah menjadi rapuh. Kenapa rapuh? Kok bego amat?
Karena menjadi rapuh memampukan kita untuk lebih
peka di tengah hingar-bingar kehidupan. Setidaknya, itulah pelajaran berharga yang
saya dapat dari komunitas saya. Mereka pokoknya harus tanggung jawab, karena
mereka, saya sekarang lebih rapuh! Rapuh, karena dari kerapuhan dan kemawasan
diri kalau ada bagian kosong yang perlu diisi dengan berbagi dengan sesama,
saya belajar berbagi. Rapuh, karena dari kerapuhan dan pengakuan kalau tidak
selamanya saya benar, saya bisa tinggal di rumah baru saya.
Rapuh, karena akhirnya menerima diri bahwa layaknya struktur bangunan yang
lekang dimakan waktu, saya bisa berdamai dan menerima rangka kehidupan yang
keropos, sisa-sisa kesalahan di masa lalu.
Berani
Menutup rangkuman resolusi, berani menjadi poin
penting terakhir. Kalau berani kenapa harus ditempatkan di akhir? Kenapa berani
malah jadi belakangan?
Saya ingin lebih berani ‘berkuasa’ atas perasaan
sendiri. Berani untuk menguasai diri dan tidak membiarkan pendapat siapapun
membuat saya menjadi inferior, tanpa kuasa saya. Berani untuk belajar menjadi
pribadi yang punya kapasitas, di tengah gempuran Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
yang tampaknya semakin menakutkan bagi kalangan usia produktif.
Dan mungkin juga berani untuk membuka diri kalau
bertemu orang yang tepat untuk diajak 'berjalan jauh'…
Blessings,
Helena
Resolusi berarti ketetapan hati, atau kebulatan tekad untuk setia melaksanakan apa yang sudah disepakati seseorang dengan dirinya sendiri. Kesalahan yang pada tahun lalu hendaklah tidak terulang tahun ini, karena masih banyak kesalahan lain yang bisa dilakukan pada tahun baru. Just kidding :)
BalasHapusSemangat nulis buku nya!
Mengutip perkataan seseorang yang sangat mencintaiku, "Resolusi itu pengingat, untuk membuktikan kau memiliki tujuan dalam hidup ini untuk diperjuangkan."
BalasHapusBe consistent :D
BalasHapus<3 Menunggu tulisan2 jujur manis berikutnya
BalasHapus