Untuk Kamu


Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Aku suka kamu. Iya, suka. Banyak yang bilang aku naïf, berani bilang suka padahal belum pernah dekat sama kamu. Tapi biarlah, toh perasaanku juga gak mengganggu kamu. Iya kan?

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Aku juga lupa kapan terakhir kali kita bicara. Dan aku bisa pastikan, kamu lupa kapan terakhir kali kita bicara di dunia nyata, bukan lewat media sosial di dunia maya. Aku tahu pasti sulit mencerna makna kata-kataku tadi. Kamu pasti bingung, sama seperti mereka. Darimana aku bisa suka? Kalau memang benar pepatah, “Dari mata turun ke hati,” Aku rasa kita bisa sama-sama setuju kalau baik aku ataupun kamu bukan tipe orang yang good looking. Apa rasa cinta kenal yang namanya impas? Kalau aku lucu kamu harus lucu, kalau aku serius kamu harus serius, atau kalau aku jelek kamu juga harus…? But please jangan marah.

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Hari ini aku bingung. Bingung sama duniaku sendiri. Kamu mungkin belum tahu aku orangnya gimana. Mungkin karena kita belum punya waktu untuk saling menjajaki, jadi biar aku jelaskan.

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Aku ini orangnya panikan. Kalau pakai istilah gaul, FOMO. Kamu tahu apa itu FOMO? I bet you don’t. FOMO itself stands for Fear Of Missing Out. Jadi gini. Akhir-akhir ini aku bingung kenapa aku gak bisa kayak orang lain. Masih berkutat di statistika KTI, sementara orang lain udah hampir selesai bab 6 KTI. Bingung kenapa aku gak bisa berprestasi kayak teman-temanku yang namanya muncul di ajang-ajang ilmiah beken, padahal tiap hari aku di kampus. Padahal, tiap hari aku lewat mading pengumuman pekan ilmiah. Aku bingung kenapa dengan jumlah waktu yang sama dalam seharinya, aku gak bisa aktif di organisasi kayak temanku yang giat sama aktivitas di kampus.

Aku panik. Aku takut semua orang udah pada move on dengan hidup mereka, dan aku masih di sini aja. I'm missed out.

Aku juga bingung kenapa aku bukan orang yang bisa get along with others. Aku jarang muncul di acara-acara yang diisi sama anak-anak yang eksis, banyak yang bahkan gak tahu kalau aku ini class of 2011. Kamu mungkin kira aku orang yang tertutup, tapi kalau kamu udah kenal aku dari dekat, kamu bisa tahu cerita seorang bapak yang tadi duduk di sampingku di angkot. Actually, aku orangnya cerewet. Tapi banyak yang bilang aku cerewet  buat hal yang gak semestinya. Dan mungkin karena itu juga, orang-orang terdekatku mulai malas dan menjauh dariku. Tapi kalau nanti kita udah saling kenal, please jangan jauhi aku ya?

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Kata mama calon istri yang baik harus pintar masak dan bisa mengatur keuangan. Loh, kenapa langsung ngomongin hidup serius? Bukannya masih semester 7? Please, jangan singgung soal itu. Sekali waktu aku pernah bilang ke papaku kalau aku ada hati ke kamu, dia langsung tertawa terbahak-bahak. Katanya, “Sekolah dulu, jadi sarjana. Setelah kerja, punya duit sendiri dan kalau udah sekolah spesialis baru boleh berpikir ke sana.”

Pahit sih, tapi papaku benar.

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Kenapa aku kepikiran soal perempuan yang pintar masak dan mengatur keuangan? Mungkin kamu bingung kenapa disaat perempuan seumuranku mikirin Pittera Essence yang katanya bisa mencerahkan kulit, aku malah mikirin masak dan budgeting. So yes, I’m going to explain. Aku bukan perempuan yang pintar masak. Memang setelah ditinggal mama, aku yang masak buat makan sehari-hari di rumah. Tapi kalau seandainya papa dan adikku punya pilihan dan dipaksa jujur, mereka mungkin gak mau makan masakanku. Tapi papaku baik, dia menghargai masakanku dan tetap makan, walapun rasanya ya…

Aku harap kamu orang yang bisa menghargai masakanku, eh aku, apa adanya.

Aku juga bukan perempuan yang bisa mengatur keuangan dengan baik. Account balance? Jangan ditanya. Kamu pasti langsung ambil langkah mundur kalau tahu gimana kondisi finansialku sekarang. Aku gak bisa janji banyak, tapi aku janji aku bakal cari cara buat menghasilkan duit dan berhemat. All you have to do is be patient. Kamu yang sabar ya hadapin aku, aku memang orangnya lemot. Banyak yang sebel liat aku karena progress-ku selalu lambat.

Ngomong-ngomong soal progress, fitness progress-ku juga jelek. Aku malah makin gendut dari hari ke hari. Kata papa, mungkin kamu libur bulan Desember ini, dan mungkin juga bakalan ke Medan. Itu artinya sebulan lagi. Jadi ya, aku gak bisa janji bakal jadi Cinderella yang cantik  dan langsing dalam semalam. Aku memang gembul. Katanya sih orang gembul are the happiest people, walaupun aku gak sepenuhnya setuju.

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Speaking of happiness, are you happy there? Aku selalu berdoa tiap pagi (walaupun definisi pagi, bangun pagi lebih tepatnya, buatku jam 6.30; dan buat kamu yang hidup dalam dunia militer jam segitu udah waktunya bersiap-siap) biar kamu happy di sana. Senang dan sepenuh hati menjalani hari-hari. Hahaha, terdengar cliché ya. Tapi ya, doaku memang itu. Secara seorang anak yang dibangga-banggakan keluarganya kayak kamu, punya misi tersendiri.

Dan aku, dari pengamatanku, bukan orang yang membanggakan keluargaku.

Untuk kamu yang bahkan gak sadar kalau aku ada,

Aku tutup tulisanku dengan permintaan maaf kalau aku terlalu banyak mengeluh. Belum dekat aja udah ngeluh banyak. Aku gak bisa janji banyak kalau nanti, atau entah kapanpun, waktu kita ketemu aku udah jadi orang yang malang-melintang di dunia jurnal ilmiah dengan prestasi akademik memukau, dikenal banyak orang di sekitarku, pintar masak, dan punya status finansial surplus. Yang aku bisa janjikan, aku udah jadi sesorang yang lebih baik.

Dan aku harap kamu sadar kalau aku ada.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer